Minggu, 27 September 2009

Rotan

Rotan Manau ( Calamus manan Miq)

Rotan manau secara umum memiliki warna batang kuning lansat, dengan diameter batang yang sudah dirunti berkisar 25 mm, panjang ruasnya 35 cm dengan total panjang batang bila merambat dewasa mencapai 40 meter.

Tempat tumbuhnya secara alami adalah didaerah Thailand, Semenanjung Malaya, Pulau sumatera dan Kalimantan. Kondisi iklim yang disukai adalah daerah beriklim basah, dan hidup baik ada ketinggian 50 – 600 meter diatas permukaan laut.

Tumbuh batangnya merambat di antara batang dan ranting pohon, tumbuhnya tunggal tidak berumpun, sehingga untuk pembudidayaanya hanya melalui biji.

Daunnya rotan manau majemuk menyirip, tiap daun terdiri dari kurang lebih 40 pasang anak daun. Bentuk anak daun bervariasi dari bentuk lanset sampai bulat telur lanset sunsang. Pelepah dan tangkai daunnya diselimuti duri yang tajam dan rapat. Rotan manau memiliki bungannya tersusun dalam tandan berbentuk malai, perbungaan tersebut berukuran panjang dan letaknya menggantung. Sedangkan rotan manau memiliki buah yang tidak terlalu besar, panjang kurang lebih 3 cm bersisik dan berbentuk lonjong.

Karena bentuk diameter batangnya yang besar, kuat dan kokoh, maka sebagian besar hasil akhir dari produknya dipakai bagi keperluan pembuatan rangka kursi, meja, tempat tidur, sofa, dan keperluan rangka furnitur lainya.

Senin, 21 September 2009

Rotan Taman ( Calamus caesius Blume)

Rotan Taman, wirotan Sega Hu, dan Sesah adalah nama yang diberikan untuk rotan Taman yang tumbuh di derah Kalimantan, nama rotan ini kalau tumbuh di daerah lainnya adalah Rotan Sega ( Aceh), rotan Segeu (Gayo), rotan Sego ( Sumatera Barat), rotan Sega benar/Segabuah ( Malaya).

Tempat tumbuhnya yang alami adalah di daerah yang kering, dataran rendah yang kering sampai berbukit-bukit. Jenis ini juga sudah sejak lama dibudidayakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah yang berdiam didaerah sungai Mentaya, sungai Katingan, sungai Kahayan, dan daerah lainnya. Tumbuhnya berumpun, dan dalam setiap rumpunya bisa mencapai 100 batang dengan panjang setiap batang yang sudah dewasa mencapai 50 meter atau lebih. Batangnya berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi kuning telur dan mengkilap apabila sudah dirunti dan kering. Diameter batangnya antara 4 – 11 mm, panjang ruas 15 – 30 cm.Daunnya berbentuk majemuk menyirip, dengan anak daun berbentuk lanset memanjang dan warna permukaan bawah anak daunnya yang khas putih kapur dan bagian atasnya hijau mengkilat. Selain itu bagian ujung anak daunnya melengkung keatas. Panjang daun berikut cirrus 0.5 – 1,25 m. Seludang ditumbuhi duri berbentuk segitiga agak pendek.Buahnya berbentuk lonjong, panjang mencapai 1,5 cm, kulit buahnya bersisik, berwarna hijau dan akan berubah menjadi coklat kekuning-kuningan bila sudah masak.

Sama halnya dengan rotan Irit, maka rotan Taman merupakan bahan baku bagi keperluan pembuatan lampit rotan dan bahan baku dalam pembuatan anyaman.Sedangkan 40 jenis rotan lainnya untuk penjelasan ......klik disini.

Sabtu, 19 September 2009

40 Jenis Rotan Terpenting Indonesia


Rotan dalam struktur dunia tumbuh-tumbuhan termasuk Divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, class Monocotyledonae, Ordo Spacadiciflorae dan Famili/suku Palmae, dimana sampai saat ini sudah dikenal sebanyak 15 suku yaitu : Calamus, Daemonorops, Khorthalsia, Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, Calospatha, Bejaudia, Cornera, Schizospatha, Eremospatha, Ancitrophylum dan Oncocalamus.

Dari jumlah suku yang telah ditemukan tersebut, telah diketahui sebanyak 9 suku dengan jumlah jenisnya, yaitu : Calamus (370 spp/jenis), Daemonorops (115 spp/jenis), Khorthalsia (31 spp/jenis), Plectocomia (14 spp/jenis), Ceratolobus (6 spp/jenis), Plectocomiopsis (5 spp/jenis), Myrialepis (2 spp/jenis), Calospatha (2 spp/jenis), dan Bejaudia (1 spp/jenis).
Di Indonesia sampai saat ini ditemukan sebanyak 8 jenis, yaitu Calamus, Daemonorops, Khorthalsia, Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, dan Calospatha. Dari 8 suku tersebut total jenisnya di Indonesia mencapai tidak kurang dari 306 jenis penyebarannya di pulau Kalimantan sebanyak 137 jenis, Sumatera sejumlah 91 jenis, Sulawesi menyebar sebanyak 36 jenis, Jawa sejumlah 19 jenis, Irian 48 jenis, Maluku 11 jenis, Timor 1 jenis dan Sumbawa 1 jenis.
Sampai saat ini jumlah yang benar-benar diketahui memiliki sifat dan memenuhi syarat serta kualitas yang dipersyaratkan untuk berbagai penggunaan berjumlah 50 jenis dari jumlah tersebut yang benar-benar memiliki nilai komersial tinggi dan banyak dipungut dan diperdagangkan berkisar 27 jenis saja. Berikut ini akan disajikan informasi tentang habitus dan sifat-sifats 40 jenis rotan terpenting berdasarkan daya gunanya dan telah banyak diperdagangkan secara komersil. Informasi secara lengkap 40 jenis rotan dan informasi lainnya dapat di akses melalui http://www.rotanindonesia.yolasite.com.

40 Jenis rotan terpenting di Indonesia tersebut adalah :


Rotan Jernang besar ( Daemonorops draco Blume), Rotan Dahanan ( Korthalsia flagellaris Miq), Rotan Semambu ( Calamus scipionum Loue), Rotan Jermasin ( Calamus leocojolis ), Rotan Buyung ( Calamus optimus Becc), Rotan Mantang ( Calamus ornatus Blume), Rotan Dandan ( Calamus Schistolantus Blume), Rotan Inun ( Calamus scabridulus Becc), Rotan Tohiti, ( Calamus inops Becc), Rotan Manau ( Calamus manan Miq), Rotan Irit ( Calamus trachycoleus ), Rotan Taman ( Calamus caesius Blume), Rotan Lilin ( Calamus javensis Blume), Rotan Korod ( Calamus heteroides), Rotan Balukbuk ( Calamus burkianus ), Rotan Pelah ( Daemonorop rubra), Rotan Kirtung (Myrialepsis scortechinii), Rotan Pulut Merah ( Calamus Sp.), Rotan Getah ( Daemonorops angustifolia), Rotan Umbul ( Calamus simphysipus), Rotan Sega Ayer ( Calamus axillaris), Rotan Saloso ( Calamus sp.), Rotan Manau Riang ( Calamus oxleyanus), Rotan Loluo ( Calamus Sp), Rotan Batang ( Daemonorops robustus), Rotan Seel ( Daemonorops melanochaetes), Rotan Udang Semut (Korthalsia scaphigera Mart), Rotan Dahan (Korthalsia rigida Blume), Rotan Meiya (Korthalsia echinometra Becc.), (Plepcotniopsis geminiflorus Becc.), Rotan LowaRotan Sabut (Daemonorops hystrix (Griff) Mart,),R (Daemonorops periacantha Miq.), Rotan Pakak, Rotan Uwi Koroh (Daemonorops geniculata (Griff.) Mart.), Rotan Duduk (Daemonorops longipes (Griff.) Mart), Rotan Ulur (Calamus ulur Becc.), Rotan Manau Tikus (Calamus tumindus Furtado), Rotan Manau Padi (Calamus marginantus Mart.), Rotan Tunggal (Calamus laevigatus Mart.), Rotan Dago Kancil (Calamus conirostris Becc.) dan Rotan Lita (Daemonorops lemprolepis Becc).
kembali ketas

Senin, 14 September 2009

Sebaran Pohon Rotan di Indonesia

Berdasarkan data Departemen Kehutanan, menunjukan bahwa Propinsi Kalimantan Tengah merupakan daerah yang memiliki populasi pohon rotan yang tertinggi di Indonesia dengan populasi mencapai 75,45 % dari total ± 17,6 Juta pohon dan jumlah pohon yang siap tebang mencapai 81,10 % dari total ± 14,7 juta pohon rotan. Data sebaran potensi populasi dan prosentase pohon rotan tersebut diikuti oleh Propinsi Kalimantan Timur dengan jumlah 13,69 % dan 8,66 % dan Kalimantan Selatan dengan jumlah 7,46 % dan 8,28 %, sedangkan sisanya tersebar dibawah prosentase 1 % di seluruh wilayah propinsi lainnya.

Dengan data tersebut, maka menjadi realistis apabila kebijakan tata niaga rotan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat harusnya berfihak pada daerah penghasil rotan, terutama tertuju pada para petani atau rumah tangga yang menguasai tanaman rotan, yang telah berahun-tahun melakukan penanaman dan pemeliharaan tanaman rotan.

Berikut ini dapat dilihat sebaran potensi rotan di Indonesia sebagaimana peta berikut ini :


Ijin Eskpor Rotan yang menuai Kontroversi

Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 12 tahun 2005 mengenai izin ekspor bahan baku rotan, merupakan Peraturan Menteri Perdagangan yang telah lama menuai protes dan kontroversial dikalangan pengusahan rotan dalam negeri. Karena dengan Peraturan tersebut, pasokan rotan dalam negeri menjadi terbatas, karena sebagian besar pengusaha bahan baku mentah dan setengah jadi lebih senang langsung mengekspor dibandingkan memasok untuk keperluan industry pengolahan yang berdomisili terutama di pulau Jawa. Berdasarkan PeraturanMenteri Perdagangan No. 12 Tahun 2005 tersebut telah ditetapkan volume bahan baku rotan yang dapat dieskpor langsung dalam bentuk Rotan asalan jenis taman/sega dan irit sebesar 25.000 ton, Rotan setengah jadi dalam bentuk kulit dan hati rotan yang diolah dari jenis taman/sega dan irit sebesar 16.000 ton, Rotan setengah jadi dalam bentuk rotan poles, hati dan kulit sebesar 36.000 ton, sehingga total bahan baku mentah dan setengah jadi yang bias diekspor menjadi 77.000 ton.

Namun dalam Peraturan terbaru yang diterbitkan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu melalui Permendag No 33/M-AG/PER/7/2009 tanggal 28 Juli 2009 mengatur mengenai kuota volume ekspor rotan yang baru yaitu masih tanpa adanya perubahan yaitu sebanyak 77.000 ton untuk periode 1 Juli 2009-30 Juni 2010. Di mana jenis rotan yang boleh diekspor antaralain jenis taman atau sega, irit sebanyak 25.000 ton, rotan setengah jadi dalam bentuk hati dan kulit rotan dari jenis taman atau sega dan irit sebanyak 16.000 ton dan rotan setengah jadi dalam bentuk rotan poles, hati dan kulit rotan yang diolah dari jenis bukan taman atau sega dan irit sebanyak 36.000 ton.

Yang ditunggu-tunggu para pengusaha rotan Cirebon khususnya sebagai wilayah yang banyak menyerap produk rotan mentah dan setengah jadi, adanya kebijakan untuk menghapus atau paling tidak mengurangi volume ekspor rotan bahan mentah dan setengah jadi. Namun sampai saat ini tampaknya Menteri Perdagangan belum bergeming, karena dari kebijakan Permendagri No. 12 Tahun 2005 dan perubahan terakhir Permendag No. 33 Tahun 2009, tidak terlihat adanya pengurangan kuota ekspor tersebut.

Berdasarkan draft yang sudah beredar, wilayah-wilayah yang selama ini bukan menjadi penghasil rotan yang mengekpor rotan akan dilarang mengekspor bahan baku rotan, sehingga yang boleh melakukan ekspor rotan hanyalah wilayah penghasil rotan saja. Kita tunggu langkah Pemerintah pasca penerbitan Permendag No. 33 Tahun 2009. (Januminro,12/09/2009).

kembali keatas

Rabu, 10 Juni 2009

Kuliner Umbut Rotan

Rotan adalah tumbuhan yang begitu unik, dikatakan demikian karena dari batang rotan yang elastis dan kenyal tersebut memang telah sejak lama menjadi salah satu bahan baku untuk pembuatan kerajinan dan meubel rotan, ternyata menyimpan rahasia kuliner yang begitu menantang setiap orang untuk mencobanya.

Bila berkunjung ke Kota Palangka Raya, tentu menjadi tidaklah lengkap bila tidak mencoba menyantap sayur batang rotan muda atau dalam istilah sana sayur umbut rotan. Di mana umunya sayur berbahan dasar umbut rotan tersebut saat dimasak dicampur dengan terong asam, ubi keladi yang telah dipotong-potong, dan dicampur bumbu-bumbu sayuran. Sayuran tersebut dikenal dan popular dengan istilah sayur singkah atau sayur asam umbut rotan. Hidangan tersebut telah umum disajikan di rumah makan khas Kalimantan di Kota Palangka Raya.

Nah, bagi kita yang terbiasa memasuki Chinese restoran, maka dalam daftar menu makanan pasti akan tersaji antara lain menu ca kangkung seafood atau ca kangkung balacan, ca kangkung ikan asin, atau ca kangkung tauco, ternyata umbut rotan juga dapat dimasak dalam bentuk ca umbut dengan campuran udang, ikan asin dan sebagainya. Yang membedakan kalau ca kangkung ada sedikit kuah, maka ca umbut tanpa kuah atau dalam bentuk agak kering. Dan rasanya sungguh nikmat, namun menu ini belum disajikan sebagai menu yang dijual di restoran, masih terbatas dibuat oleh ibu rumah tangga untuk acara-acra pesta keluarga.

Jenis rotan yang enak disantap menjadi sayur, bisa yang berdiameter kecil dari jenis bagian ujung rotan muda rotan taman (Calamus caesius Miq) atau yang brediameter agak besar dari jenis rotan getah. Yang membedakan keduanya, untuk yang berdiameter kecil, maka kulit bagian ujung batangnya berwarna kehijau-hijauan, sedangkan dari rotan getah warna batangnya kemerah-merahan.

Lain Kalimantan Tengah, lain pula masyarakat yang tinggal di bagian Utara Sumatera, antara lebih menyukai menyantap batang rotan muda atau pakat menurut istilah sana, dengan terlebih dahulu membakar bagian ujungnya yang masih berkulit sampai menjadi hitam. Setelah itu rotan tersebut kemudian dikupas, sampai terlihat bagian batangnya yang benar-benar muda, dan kemudian dipotong menjadi ukuran panjang 5-10 cm. Bagian umbut atau pakat rotan muda tersebut oleh masyarakat sana disajikan dengan sambal terasi. Oh, ternyata rotan selain enak menjadi sandaran, hangat menjadi alas dalam bentuk tikar dan lampit, enak dijinjing, tetapi juga enak untuk menggugah selera makan.

Bahan sayuran yang terbuat dari pucuk rotan ini berbentuk mirip bambu-bambu kecil dan hanya dijual saat bulan puasa. Masakan ini merupakan salah satu makanan tradisional favorit bagi masyarakat di Subulussalam. Namanya juga pucuk rotan, tentu saja rasanya tak gurih atau manis.

Umbut atau pakat rotan ini ada dua jenis, yakni pangkat dan simboling. Pangkat berukuran lebih besar, berwarna merah kekuningan dan tidak pahit maupun kelat. Sedangkan simboling bewarna hijau muda, ukuran lebih kecil, rasanya agak asam, kelat, bercampur pahit.

Sebelum disantap, rotan harus terlebih dahulu dibakar atau diolah menjadi anyang yang dalam bahasa Singkil dikenal dengan ndelabar. Kulit rotan dikupas dengan pisau dan isinya yang berwarna putih dimasak atau dijadikan anyang. Umbut berwarna putih ini bentuknya seperti tunas bambu atau tubis, bahasa Singkil.

Umbut rotan yang dibuat anyang ini akan terasa lebih nikmat bila disantap dengan kue onde-onde. Namun kalau dibakar, maka biasanya disantap dengan sambal terasi. Makanan ini juga terasa nikmat bila disayur bersama ikan lele.Nah, sudah saatnya kita mempromosikan kuliner umbut rotan menjadi salah satu tradisi kuliner lokal, yang mengundang selera setiap orang untuk mencicipinya.

Senin, 01 Juni 2009

INFORMASI DIRI

Januminro Bunsal, Ir. M.Si, lahir 13 Juli 1962 di Buntok, Kalimantan Tengah, yaitu salah satu daerah penghasil rotan terbesar di Indonesia. Menempuh pendidikan pada Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, dan meraih gelar Sarjana Kehutanan tahun 1986, dan pada tahun 2008 menyelesaikan pendidikan Strata (S2) pada Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen Universitas Palangka Raya.
Penulis adalah peminat masalah rotan, dan sudah menghasilkan buku
Rotan Indonesia, Potensi Budidaya, Pemungutan, Pengolahan, Standart Mutu, dan Prospek Pengusahaan, yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius – Yogjakarta.

Untuk mempelajari masalah Hutan dan Kehutanan terutama industri pengolahan meubel, penulis pernah melakukan kunjungan studi ke beberapa Negara Eropah antara lain Swiss, Jerman, Belanda, Scotlandia, dan Finlandia. Telah mengunjungi beberapa sentra industri pengolahan kerajinan dan meubel rotan dalam negeri di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Cirebon, dan Jogyakarta.

Selain itu pernah melakukan survey potensi rotan di berbagai lokasi hutan serta belajar secara khusus untuk memahami proses mengolah beragam motif anyaman tradisionil dari suku Dayak pedalaman Kalimantan Tengah.

Saat ini profesi utama adalah sebagai abdi negara, dan sering menulis pada beberapa koran lokal dan nasional mengenai produk hasil hutan dan lingkungan mengikuti berbagai seminar dan lokakarya di bidang lingkungan serta menjadi nara sumber masalah rotan.